Bismillahirrahmanirrahim...
Mengingat ilmu ini, terkenang pada saat masih muda. Masih
berdarah panas dan bersemangat mencari ilmu. Tiap menemukan atau mengetahui
orang yang mempunyai kelebihan, saya akan memburu ilmunya sampai dapat hehehe.
Ilmu pukulan Picak Empedu ini saya temukan secara tidak sengaja pada suatu
peristiwa yang membekas dalam ingatan.
Dulu dalam bekerja, saya bersama teman sering menyusuri
sungai menggunakan perahu klotok menuju ke tengah hutan. Suatu ketika,
rombongan kami dikeroyok perampok. Peristiwa perampokan di tengah hutan memang
sudah sering terjadi. Saya yang masih belum matang tentu berdebar melihat
kawanan perampok. Ternyata seorang bapak berani melawan perampok dan menampar
wajahnya, lalu berkata ,”Jam 5 ya Pak.”
Mungkin bagi orang lain bisa jadi kebingungan dengan ucapan
bapak itu. Termasuk saya yang masih dicekam rasa takut. Masa sedang dirampok
malah membicarakan waktu dengan penjahat. Tapi memang saat itu kejadian
perampokan saat menjelang sore jam 5. Jadi kesimpulannya, bapak tadi mungkin
akan mengingat bahwa kejadian perampokan itu terjadi jam 5 untuk melengkapi
laporan ke pihak berwajib. Ternyata kesimpulan itu salah besar. Tepat jam 5,
perampok yang ditampar bapak tadi berteriak kepanasan dan terdengar suara
empedu di dalam tubuhnya pecah!
Tentu saja kejadian aneh dan mengejutkan itu membuat kawanan
perampok lain tancap gas melarikan diri. Mereka sadar bahwa ada orang berbahaya
di rombongan kami. Sedangkan bagi saya, ibarat menemukan mutiara di balik
lumpur. Semangat hampir melayang karena perampok, malah diganti dipertemukan
dengan bapak yang sakti tadi. Maka saya pun terus melakukan pendekatan dengan
bapak tersebut dan ingin mempelajari ilmu pukulan itu.
Awalnya bapak itu menghindar jika ditanya tentang ilmu
tersebut. Namun, melihat kesungguhan saya untuk mempelajari ilmu tersebut,
akhirnya saya diberi tunjuk ajar. Dan tahulah saya, ilmu itu disebut Ilmu Kata
Tujuh Turun Picak Empedu. Kegunaannya, seperti yang ditunjukkan bapak itu
kepada perampok. Jika kita memukul orang dan menyebut jam, maka pada jam yang
disebut itu, empedu sasaran akan pecah. Bagaikan bom dengan timer. Setelah bom
diaktifkan, maka meledaknya sudah ditentukan jamnya. Luar biasa..
Setelah saya diberi amalannya, saya dawamkan selama 7 hari. Lalu
saya coba pukul pada pohon pisang. Hasilnya, buahnya tidak bisa dimakan. Dalam
buahnya gosong dan busuk. Juga saya telah diperingatkan agar tidak memukul anak
kecil walaupun bercanda. Apalagi menabok wanita hamil, bisa keguguran. Nah,
karena ilmu ini tergolong hitam dan menggunakan khadam untuk memecah empedu
lawan, maka saya tidak berani memberikan ijazah kepada pembaca. Namun, sebagai
bahan wacana penambah pengetahuan, sebagian mantra ilmu tersebut begini :
”Bis... Ba kau alif berbaring, aku alif berdiri, kau petih
seperti ranggas, kulipat seperti daun picak.. dst.”
Menimbang berbahanya ilmu ini, akhirnya saya simpan saja hingga sekarang. Kurang baik rasanya jika diamalkan generasi muda yang masih panas darahnya. Kiranya ilmu berperang dikuasai oleh mereka yang berjiwa matang dan tidak mudah emosi. Kita bertemu di khasanah ilmu selanjutnya untuk mengingat ilmu-ilmu warisan nenek moyang. Salam damai dari Kalimantan.